Renungan Harian
Rabu, 31 Mei 2017
Sebagai anak-anak Tuhan tentulah kita mengharapkan kedatangan Tuhan kembali (1 Yohanes 3:1-3). Dalam menantikan kedatangan-Nya inilah kita perlu kesabaran, yang dilukiskan seperti petani menantikan hasil tanamannya (Yakobus 5:7). Karena memang menantikan kedatangan Tuhan menguji kesabaran. Seorang yang sabar di hadapan Tuhan mempunyai nilai melebihi seorang pahlawan (Amsal 16:32).
Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.
Yakobus 5:7
Dalam penantian kita sering mempunyai sikap yang salah: menjadi marah, bosan, lemah iman, bersungut-sungut, dan menjauh dan berhenti ikut Tuhan, lalu lari ke dalam dosa. Sabar juga berarti tidak membalas dendam dan tidak marah. Penderitaan anak-anak Tuhan banyak disebabkan oleh penindasan orang-orang kaya (Yakobus 5:4,6). Sabar juga berarti tidak bersungut-sungut dalam menghadapi dalam penderitaan, dan kita tunduk berserah sepenuhnya pada kehendak Allah. Apakah jemaat tetap bertekun dalam saat teduh, doa, ibadah, mengikuti Pendalam Alkitab, melayani Tuhan, memberitakan Injil, dst.
Pada saat jemaat mengalami penderitaan TUHAN, Allah kita, mengetahui apa yang sedang kita alami. Ia melihat dan mendengarkan doa permohonan yang sedang kita naikkan. Ia mendengar ratapan dan isak tangis setiap insan Kristen. Ia tidak akan tinggal diam, tetapi akan bertindak menolong kita. Kita harus bersabar menanggung segala sesuatu demi nama TUHAN, dan tekun mencari Dia. Sikap itu akan membahagiakan kita sepanjang perjalanan hidup menuju masa depan. Kata kunci Roma 12:12: “Bersukacitatah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
Amin!