Renungan Harian
Sabtu, 27 Mei 2017

Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya
Kejadian 8:21

Nas ini adalah perikop “Air Bah Surut”. Nuh dan keluarganya selamat setelah murka Allah atas dunia yang berdosa. Allah membuat kasih-Nya berdiam atas sedikit orang percaya, Nuh dan keluarga. Nuh mendirikan mezbah sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Allah bagi pembebasannya (Kejadian 8:20). Mezbah dan korban bakaran serta ibadah adalah ketetapan ilahi. Itu ia laksanakan dengan sukarela, mengungkapkan rasa syukur kepada Allah. Ia tidak membangun rumah bagi dirinya sendiri, melainkan Allah sebagai yang pertama dilayani. Barangsiapa memulai dengan Allah, memulai dengan baik. Hati Allah amat berkenan pada ibadahnya itu.

Hati adalah pusat rasa keagamaan dan kesusilaan (Mazmur 51:12,19 ; Yeremia 4:4 ; Yeremia 31:31-33 ; Yehezkiel 36:26). Manusia mencari Allah dalam hatinya (Ulangan 4:29; Mazmur 105:3; Mazmur 119:2,10). Manusia mendengar Allah dalam hatinya (1 Raja-Raja 3:9; Hosea 2:13; Ulangan 30:14). Dengan hatinya manusia mengabdi kepada Allah (1 Samuel 12:20,24), memuji Dia (Mazmur 111:1), serta mencintai-Nya (Ulangan 6:5). Hati lurus, benar dan murni ialah hati manusia yang tidak berpura-pura, tidak munafik atau mendua (Yakobus 1:18).

Korban persembahan yang harum itu menyenangkan hati Allah. Olehnya Allah berkata bahwa Ia tidak akan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya. Marilah kita memberikan persembahan kepada Tuhan Allah dengan hati yang bersih tulus supaya kita diterima sebagaimana Nuh diterima setelah melakukan perintah Tuhan dengan tulus ikhlas.

Amin!



Beritakan Kabar Baik