Renungan Harian
Jumat, 23 Desember 2016
Sifat dunia dan sifat sorgawi sangat bertolak belakang. Dunia ini senantiasa menawarkan keistimewaan kepada setiap orang, termasuk kita. Saat kita menerimanya, kita bisa jatuh ke dalam kesombongan. Keistimewaaan itu bisa membuat seseorang tak tahu diri atau “lupa daratan”. Dunia ini penuh kesombongan, sementara sorgawi penuh dengan kerendahan hati.
Pada nas ini pemazmur menyaksikan bahwa orang yang rendah hati diberkati Tuhan. Yang rendah hati pasti mencari Tuhan dan memuji-Nya, sebab hatinya terus hidup untuk Tuhan. Mereka senantiasa mengikuti-Nya (BE 149:1) dan berbahagia karena menaati firman-Nya. KedatanganNya yang segera merupakan kerinduan hatinya (Wahyu 22:6-7; Wahyu 22:18-29). Mereka sangat berbeda dengan orang sombong, yang merasa cukup terjamin dengan apa yang dimilikinya dan tidak perlu berdoa. Namun mereka cenderung mudah berputus asa dan sangat takut akan kedatangan Tuhan.
Keistimewaaan yang ada pada kita seharusnya senantiasa membuat kita rendah hati. Karena itu segala kepunyaan dan kelebihan kita (harta, jabatan, kesungguhan, titel, gelar, dlsb) tidak membuat kita sombong. Sama seperti padi, justru yang berisi itulah yang merunduk dan tunduk. Sementara, yang kosong tak berisi itu tegak dan mendongak ke atas. Atas berkat-berkat dan kemurahan Tuhan yang kita terima, mestinya membuat kita semakin bernas, padat dan berbobot oleh muatan kasih dan kebaikan Tuhan. Bukan sebaliknya membongak ke atas.
Amin!