Renungan Harian
Kamis, 21 Juli 2016
Melalui suratnya ini, rasul Paulus hendak mengingatkan jemaat di Tesalonika dalam hal menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Mereka didorong untuk mengisi kehidupan dan pelayanan gereja dengan aktif. Tidak hanya menunggu secara pasif, seperti yang diajarkan oleh pengajar sesat pada waktu itu, yang memanfaatkan keberadaan jemaat untuk kepentingan diri sendiri.
Dalam hal itu, Paulus menasehatkan beberapa hal:
Pertama, agar menujukan hati kepada kasih Allah. Dalam menantikan kedatangan Tuhan, setiap anak Tuhan harus mewujudkan kasih Allah pada semua orang. Kasih yang rela berkorban, seperti Allah yang rela mengutus Anak-Nya Yesus Kristus ke dalam dunia yang berdosa dan memberontak kepada-Nya. Jadi setiap orang yang sudah merasakan kasih Allah, mustahil tidak membagikannya kepada banyak orang.
Kedua, meniru ketabahan Kristus. Peristiwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya membawa kemenangan bagi anak-anak Tuhan yang setia kepada-Nya. Dapat dipastikan pergumulan hidup yang berat seperti penganiayaan dan penderitaan dipakai si Iblis untuk mencobai anak-anak Tuhan.
Hal yang sama juga dilakukannya kepada Tuhan Yesus selama Ia berada di dunia sampai “dinaikkan” ke atas salib. Namun Kristus menghadapinya dengan tabah. Tabah berarti memfokuskan diri kepada tugas yang harus dipertanggungjawabkan-Nya kepada Bapa-Nya. Sebagai anak Tuhan, kita pun terpanggil sama seperti Yesus. Marilah kita hidup dalam kasih dan tabah melakukan panggilan-Nya dengan tetap memandang kepada salib Yesus.
Amin!