Renungan Harian
Jumat, 8 Juli 2016
Sering kali kita mendapat jawaban dari anak kita, “Ntar!” Begitulah seringnya orang menunda panggilan. Pemazmur mengungkapkan bagaimana respon bumi atas panggilan Allah mulai dari pagi hari sampai malam. Allah mengatur bumi dan segenap isinya demi kebaikan. Kehadiran-Nya menggentarkan, sebab Ia kudus tiada duanya, dibandingkan raja yang paling berkuasa sekali pun (Mazmur 50:3). Daya cipta-Nya nyata. Oleh kemuliaan-Nya segala sesuatu dijadikan dari yang tidak ada. Tak seorang pun sanggup menatap Allah dalam hakikat diri-Nya. Kedahsyatan Allah tak mungkin dilukiskan dengan kata-kata. Respons manusia hanyalah gentar, takjub, dan sembah.
Manusia dipanggil untuk beribadah. Namun ada saja orang yang tidak mau beribadah dengan hormat kepada Allah (Yeremia 8). Mereka pikir Allah hanya perlu korban-korban persembahannya dan merasa berjasa di hadapan Allah. Allah menentang dan menolak ide salah itu. Sebab sesungguhnya segala sesuatunya adalah milik Tuhan. Tak satu pun pemberian manusia perlu bagi Allah. Tuhan menginginkan ibadah yang benar, yaitu berbuat kebenaran dan keadilan, sikap hati tulus dan jujur, serta hubungan kemanusiaan yang luhur dan saling membangun. Oleh pertolongan Roh-Nya kita dapat diam di dalam Tuhan (BE 227:3+6).
Sekiranya kita harus mengalami penderitaan atau penganiayaan atas panggilan itu, kita diminta untuk tetap setia dan tekun seperti yang dialami Gayus dan Aristarkus di Gedung kesenian (Kisah Para Rasul 19:28-41). Mereka yang tekun akan beroleh kemenangan.
Amin!