Renungan Harian
Selasa, 14 Juni 2016

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
Roma 5:2

“Akan menerima kemuliaan Allah!” Inilah warisan kita yang kelak dinyatakan Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita akan dikaruniakan kemuliaan yang sama dengan kemuliaan-Nya. Bagaimana bisa terjadi? Mungkinkah? Reaksi seperti itu wajar terlontar dari orang yang tidak beriman. Tetangga sebelah juga pasti akan heran ketika kita menyebut diri kita sebagai anak Allah. Sebab bagi mereka itu adalah “syirik” yakni dosa terbesar yang diperbuat manusia.

Kesulitan kita acapkali karena kebencian mereka terhadap iman kita. Kesusahan dan penderitaan pun menjadi bagian kita ketika mereka menganggap berpahala bila menyisihkan dan menyingkirkan kita. Bahkan mereka menganggap berpahala bila dapat melenyapkan kita dari muka bumi ini. Pahala bagi mereka adalah salib bagi kita. Sebaliknya terhadap mereka dan semua orang yang memusuhi kita Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi.

Sebagaimana kekuatan kasih Allah yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, demikianlah kita juga dikaruniai-Nya kekuatan Allah untuk mengasihi musuh. Mengasihi orang yang sama dengan kita bukanlah keistimewaan bagi kita. Kekristenan menjadi nyata ketika kita mengasihi musuh dan menderita sama seperti Kristus. Itulah bukti kemuliaan Allah yang telah menjadi milik kita. Iman kita adalah karya Allah yang dinyatakan melalui sikap hidup dan perbuatan kita. Sungguh bertolak belakang bagi logika manusia. Iman kita tidak seperti logika dunia. Itulah tandanya kita anak-anak Allah. Jika kita menderita bersama Dia, kita juga dipermuliakan sama seperti Dia.

Amin!



Beritakan Kabar Baik