Renungan Harian
Selasa, 7 Juni 2016
Kematian Yesus di kayu salib dalam pandangan orang Yahudi adalah hukuman bagi seorang pendosa besar yang dikutuk Allah. Mati tergantung menandakan la tidak diterima oleh langit mau pun oleh bumi, dan menjadi kenajisan bagi tanah (Ulangan 21:22-23). Sementara menurut hukum negara Romawi yang sangat mengagungkan Kaisar, penyaliban merupakan hukuman bagi penjahat ulung dan pemberontak negara yang memang harus dihukum mati (Markus 15:7).
Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan.
Markus 15:7
Itulah yang ditimpakan kepada Yesus. Dia menanggung hukuman yang seharusnya kepada kita. Oleh karena dosa, keberadaan semua orang, satu pun di antara manusia tidak ada yang layak di mata Tuhan. Semua orang tanpa kecuali, dari Adam, manusia pertama, sampai yang terakhir kelak! Tidak mungkin satu pun selamat dari hukuman Tuhan oleh karena dosa. Tidak ada jalan selamat dari hukuman Allah sebagaimana peringatan Tuhan kepada Adam dan Hawa: mati (Kejadian 2:17).
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.
Kejadian 2:17
Namun Yesus Kristus telah mengambil alih hukuman tersebut menjadi kurban atas dosa manusia. Itulah Kasih Allah yang dikaruniakan dan telah ditetapkan-Nya sejak semula. ltu bukan cara manusia, tetapi cara Allah sendiri. Sebab cara manusia tidak ada yang layak di mata Allah. Kematian Yesus di kayu salib adalah hukumari Allah atas dosa menggantikan kita semua, tanpa kecuali, dari Adam hingga anak cucu keturunan kita nanti.
Kurban Yesus menjadi tebusan bagi semua orang berdosa. Hanya dengan kurban Yesus itulah manusia lepas dari hukuman Allah dan beroleh selamat bahkan hidup kekal di dalam sorga.
Amin!