Renungan Harian
Sabtu, 28 Mei 2016
Orang Korintus memahami bahwa apa yang dimakan akan lenyap. Makanan adalah untuk perut, dan perut adalah untuk makan. Keduanya akan lenyap, termasuk tubuh kita. Maka, manusia memiliki kebebasan dan hak untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendaki tubuh. Karena segala hal yang berkaitan dengan tubuh akan dibinasakan, maka semuanya itu tidak penting dan tidak memengaruhi hidup kerohanian.
Paulus mengoreksi pemahaman yang salah ini. Ia mengoreksi konsep orang Korintus yang salah terhadap kebebasan dan tubuh. Konsep teologis orang Kristen, tubuh adalah untuk Tuhan dan harus dipakai untuk melakukan kehendak-Nya demi kemuliaan nama-Nya (1 Korintus 6:13). Tubuh bukan hanya untuk sesuatu yang sifatnya sementara, seperti makanan dan seks.
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
1 Korintus 6:13
Sebagai orang percaya yang sudah ditebus Kristus, kita tidak boleh membiarkan dosa menguasai tubuh kita. Kita harus menggunakan tubuh untuk melayani Tuhan. Kita harus mempersembahkan tubuh sebagai kurban yang kudus, yang hidup dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Sebab Kristus tidak saja menebus roh dan jiwa kita saja, tetapi juga tubuh kita.
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Roma 12:1
Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bahwa tubuh kitapun akan dibangkitkan di akhir zaman. Allah sangat menghargai tubuh kita, dibuktikan dengan penebusan dan jaminan kebangkitan tubuh. Maka kita pun seharusnya menghormati tubuh kita serta menjaganya dari semua dosa. Bila Tuhan memperlakukan tubuh kita sedemikian, patutlah kita memberikan tubuh untuk melayani Tuhan.
Amin!