Renungan Harian
Sabtu, 21 Mei 2016
Setiap orang pernah kuatir. Orang miskin kuatir karena kemiskinannya. Orang kaya kuatir akan keselamatan hartanya. Pejabat kuatir, bila sesewaktu kursi jabatannya dirampas orang lain. Tabiat manusia memang sering dilanda rasa kuatir. Sungguh, hidup manusia hampir tidak terpisahkan dengan hidup kuatir. Bahkan, konon ada sebuah cerita klasik Yunani tentang keberadaan tiga dewa yang menjaga hidup manusia. Oewa dunia itulah yang menjaga tubuh manusia, dewa awang-awang menjaga nafas dan jiwa manusia, dan dewa kuatir selalu melekat dengan manusia.
Yesus mengatakan agar kita tidak kuatir. Apalagi kuatir berkepanjangan dan menahun. Kita tidak boleh kuatir akan hidup (Yun: psykhe) kita, baik karena makanan, minuman atau pakaian (soma). Makan, minum dan pakaian memang penting. Namun ada hal yang lebih penting dari itu. Jauh lebih penting tubuh dari pakaian, nyawa dibanding makanan. Sebanyak apapun pakaian, minuman dan
makanan (soma), itu tidak akan dapat menjadi jaminan hidup (psykhe), atau memperpanjang hidup. Untuk mengatasi kekuatiran itu kita harus mencari Kerajaan Allah serta kebenaran-Nya dengan sepenuh hati, sekaligus memerangi sikap rakus dan tamak.
Tuhanlah Pemberi hidup. Makanan dan pakaian adalah sarana dan alat penunjang dalam hidup. Sarana penunjang memang
penting, namun makna hidup bukan terletak pada sarana penunjang. Tanpa makan, memang tubuh kita tidak bisa hidup. Namun tanpa makan, bukan berarti kita tidak dapat memiliki hidup.
Amin!