Renungan Harian
Senin, 9 Mei 2016
Kalau kita membaca sepenuhnya Yehezkiel 16 ini, ada sesuatu yang sangat menarik. Allah menggambarkan hubungan-Nya dengan Israel, bangsa-Nya, sebagai hubungan suami-isteri. Ia tetap mengasihi Israel. Tetapi sebaliknya Israel, sebagai seorang isteri yang cantik, melakukan sundal, tidak setia. Ia seharusnya dihukum dan diceraikan. Tetapi apa yang terjadi? Justru Allah selalu setia mengasihi umat-Nya. Ia kembali meneguhkan perjanjian-Nya supaya Israel mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan. Dengan demikian Israel akan teringat hal-hal yang dulu dan merasa malu. Mulut mereka akan terkatup sama sekali ketika Allah mengadakan pendamaian bagi mereka karena teringat akan noda dan segala perbuatan salah mereka itu.
Coba kita bayangkan! Apakah seorang yang telah melakukan kesalahan berat masih dapat berkata-kata terhadap orang yang mengasihinya? Kekasihnya itu mengampuni dia dan meneguhkan kembali perjanjiannya bahwa ia tetap mengasihinya meskipun orang itu telah berbuat salah kepadanya. Pastilah ia diam dan malu mengingat kesalahannya, mengakui kasih setia yang diterimanya.
Itulah umat Israel. Mereka, sebagai “isteri telah berbuat sundal”, tidak mungkin lagi mengatakan pembelaan diri di hadapan Tuhan. Demikian jugalah kita, bila mengingat betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita. Ia tidak membalas kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.
Untuk itu, berikan waktu untuk menghitung kesalahan kita. Maka hati kita akan semakin setia kepada-Nya.
Amin!