Renungan Harian
Selasa, 26 April 2016
Di antara banyak doktrin (ajaran) agama, ada beberapa doktrin yang sangat tidak disukai umat. Salah satunya adalah tentang neraka. Ajaran tentang neraka dianggap hanya untuk menakut-nakuti anak-anak. Makanya tentang neraka tidak perlu diajarkan. Kalaupun harus disampaikan, hanya kepada anak-anak saja.
Doktrin “Takut Akan Tuhan” pun sering juga disalah-artikan, sehingga Karl Marx (Bapak Komunisme) pernah mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat yang hanya menina-bobokkan atau menakut-nakuti dan sangat menekan bahkan memenjarakan jiwa manusia.
Pandangan sedemikian tidak dimiliki oleh Ayub. Sikap kesalehan palsu tidak dimilikinya takala ia melakukan segala sesuatu dengan takut akan Tuhan. Sebab Dia percaya dan sadar dengan akal sehatnya bahwa Tuhan itu hidup dan terus menjaga serta memeliharanya.
Tuhan tidak pernah tidur atau lelah “mengurusi” segala-galanya. Sebab Dialah yang menjadikan segala sesuatunya dan alam semesta, dan tetap memilikinya sampai selama-lamanya. Tuhan tidak pernah menyerahkan seluruh alam semesta langit dan bumi maupun sebagian daripadanya kepada Iblis. Tuhan tetap Raja dan Penguasa satu-satunya atas alam raya dan diri manusia.
Namun memang ada banyak orang yang dengan sadar maupun tidak sadar menyerahkan dirinya kepada Iblis, sehingga rasa takut akan Tuhan tidak ada lagi. Baginya sama saja: ada Tuhan atau tidak, ia tidak peduli. Ia tidak takut akan Tuhan. Maka akan membela haknya mati-matian. LGBT pun dikatakan sebagai pilihan bebas manusia. Benarkah?