Renungan Harian
Sabtu, 2 April 2016

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
Markus 6:31

Firman ini memanggil kita untuk gemar mencari damai di bumi. Damai itu digapai melalui relasi kita yang akrab dengan Tuhan. Damai sejahtera itu bermuara pada perbuatan-perbuatan baik terhadap sesama, yakni sikap hidup sosial kita yang penuh kasih mesra dengan sesama. Dalam rangka itu, Injil Markus mencatat cara Yesus mendidik para murid-Nya, agar mereka mencari Allah dalam keheningan melalui hidup berefleksi dan bermeditasi. Namun segera sesudah itu, mereka harus membuka mata dengan tajam untuk melihat orang-orang yang terlantar. Juga membuka telinga Iebar-Iebar untuk mendengar jeritan pilu “domba-domba yang tersesat”.

Sebagai orang beriman, kita diserukan untuk menekuni dua aspek hidup tersebut. Kepekaan sosial dapat diperoleh melalui hubungan yang mesra dengan Tuhan. Sebaliknya, hubungan yang mesra dengan Allah tidak mungkin menjadikan seseorang mati rasa atau tidak perduli terhadap ketimpangan sosial di sekitarnya.

Kita dapat mengalami damai sejahtera yang sejati bila kinerja hidup kita dibangun dalam keseimbangan antara kehidupan rohani yang mantap serta aksi nyata yang berdaya guna. Itulah modal kita untuk menuntun pulang sesama kita yang tersesat dan melarat, seraya membawa mereka ke padang kedamaian bersama Yesus. Maka marilah kita mengambil saat-saat teduh dalam hidup ini. Namun segera sesudah itu, bergegaslah cepat untuk terjun ke tengah dunia menemui sesama yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan kita. Kedalaman rohani ini setara dengan hati yang bergegas untuk melayani sesama kita yang terlantar.

Amin!



Beritakan Kabar Baik