Renungan Harian
Jumat, 1 April 2016
Sudah lumrah orang bersukacita karena luput malapetaka atau bebas dari ancaman musuh. Di sini orang percaya disebutkan memuji Tuhan atas keselamatan yang diberikan Tuhan dan tidak membiarkan musuh-musuh bersukacita. Pujian itu keluar dari hati yang tulus karena iman percaya dan mengasihi Tuhan. Dari mana kita tahu pujian itu lahir dari hati yang percaya? Dari sikap rendah hati pemuji, bukan dengan sikap sombong. Tidak ada sikap mengancam balik atau membalaskan yang buruk dan balas menghina orang yang telah memperlakukannya dengan tidak baik. Sama seperti sikap rasul-rasul saat dibebaskan dari penjara (Kisah Para Rasul 5:17-26).
Memuji Tuhan karena luput atau selamat dari berbagai macam persoalan hidup adalah ciri khas orang percaya. Jika orang percaya memuji “karena” keselamatan itu didorong oleh kasihnya yang besar dan tetap ingat bahwa Tuhan tidak pernah melupakannya dan senantiasa diberi penghiburan (BE 186:3). Tidak seperti orang Saduki yang selalu iri hati atas sikap orang percaya yang hidup bersukacita (Kisah Para Rasul 15). Adakah kita memuji Tuhan karena telah tercukupkan segala sesuatu dalam kehidupan kita?
Kita belajar mengerti seperti Daud yang bergabung membela saudaranya dalam perang melawan orang Filistin yang menghina umat Tuhan (1 Samuel 17:20-31). Mari memuji Tuhan walau pun banyak gangguan di sekitar kita.