Renungan Harian
Selasa, 15 Maret 2016

Pasanglah telingamu, hai langit, aku mau berbicara, dan baiklah bumi mendengarkan ucapan mulutku.
Ulangan 32:1

Ucapan tersebut adalah kalimat pembuka nyanyian Musa menjelang kematiannya. Ia mengumpulkan seluruh jemaah Israel memperingatkan firman Tuhan ke telinga mereka. Diserukan kepada langit dan bumi untuk menjadi saksi atas peristiwa tersebut.

Betapa mendesak pentingnya peringatan tersebut, sebab menentukan “nasib” mereka ke depan, mengingat tegar tengkuknya mereka yang selalu memberontak. Itu dilakukan Musa semata-mata karena kasihnya kepada mereka. Sebab selama 40 tahun sampai akhir hidupnya, Musa telah sangat disusahkan oleh mereka yang mengakibatkan ia sendiri tidak diperkenankan Tuhan ikut masuk ke Tanah Perjanjian.

Kondisi yang serupa bisa saja terjadi kepada kita. Ketika sebagai orangtua atau seorang pemimpin, kita sangat mengasihi anak atau umat yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Sementara, anak atau umat yang kita pimpin itu bersikap tidak peduli, antipati, memberontak, tidak mau mendengar atau patuh pada pengajaran dan aturan.

Selaku orangtua atau pemimpin yang baik tentu kita tidak punya maksud untuk kepentingan pribadi. Tidak lain hanya demi masa depan anak atau orang yang kita pimpin. Selaku orangtua atau pemimpin, kita bukan menyesal, namun sebaliknya berbelas kasihan dan prihatin bila pada akhirnya orang yang kita kasihi itu menyesali diri, namun percuma karena terlambat.

Memang penyesalan selalu datang terlambat. Karena itu tidak ada gunanya penyesalan. Maka dengarkan dan terimalah peringatan orangtua atau pemimpin kita.

Amin!



Beritakan Kabar Baik