Renungan Harian
Senin, 7 Maret 2016
Berbakti kepada keluarga dan membalas budi kepada orang tua dan nenek, itulah yang berkenan kepada Allah! Nasehat ini sangat jelas menunjukkan bahwa kepada siapakah kita pertama-tama berbakti, yaitu kepada keluarga sendiri dan kepada orang tua dan nenek.
Paulus lebih menekankan kepada seorang janda yang mempunyai anak atau cucu, yakni seorang yang sangat membutuhkan pertolongan sebab seorang janda biasanya adalah orang yang miskin dan dianggap masyarakat sebagai golongan bawah. Namun demikian kita tidak mengabaikan orang tua yang bukan janda, sebab mereka sudah berbuat banyak, atau pengorbanan untuk membiayai anak-anaknya, maka anak-anak atau cucu dibutuhkan untuk menolong mereka.
Perkataan “berbakti” dan “membalas budi” adalah perbuatan yang mulia, dan bukan maksudnya membayar hutang, sebab tidak mungkinlah seorang anak dapat membayar hutangnya kepada orang tuanya. Berbakti dan membalas budi dilakukan, tidak dengan terpaksa melainkan dengan hati yang ikhlas sebab mengingat budi baik orang tua yang telah dikorbankan kepada anak-anaknya.
Apakah renungan ini juga berlaku bagi mereka yang orang tuanya kaya dan berkecukupan, bahkan orang tua yang memberi semua kelengkapan yang dibutuhkan anak-anaknya: rumah, mobil, modal uang atau investasi lainnya? Tetapi juga, sebab bakti dan budi baik bukan hanya harus dibayar dengan uang, tetapi juga dengan sikap, perilaku dan perhatian di dalam kasih.
Oleh sebab itu semua anak dan cucu hendaknya selalu dan setia untuk berbakti dan membalas budi baik orang tua, jangan pernah melupakan apalagi mengabaikan mereka. Bakti dan balas budi dilakukan semasih hidup mereka, tidak sesudah meninggal yaitu dengan membangun makam atau tugu mereka.