Renungan Harian
Kamis, 11 Februari 2016
Kalau kita membaca ayat sebelumnya (Mazmur 13:5) maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pemazmur mengalami pergumulan yang tak kunjung berakhir. Dalam pergumulannya ia merasa telah ditinggalkan oleh Allah dan kalah terhadap musuh-musuhnya. Manusia mempunyai kekuatan yang terbatas untuk dapat bertahan dalam menghadapi persoalan hidup, hal itulah yang sedang dihadapi oleh Daud. Ia merasa sangat lelah dan tidak mampu lagi menghadapi persoalan yang bertubi-tubi menimpanya. Meskipun pada ayat-ayat sebelumnya kita dapat membaca pernyataan Daud tentang kekecewaannya namun Daud mengakhirinya dengan sorak-sorai yang dibarengi dengan keyakinan yang kuat terhadap Tuhan.
Di dalam menjalani hidup ini, bukankah kita sering jatuh bangun seperti Daud? bukankah doa-doa seperti ini juga sering kita ucapkan kepada Tuhan, untuk menyatakan ketidakmampuan kita mengatasi persoalan hidup? Ungkapan hati seperti ini sangatlah wajar muncul dalam pikiran dan ucapan kita, seperti Daud yang me rasa seolah-olah ditinggalkan Tuhan. Mazmur 13:6 ini adalah ungkapan terakhir dari Mazmur 13, yang memberitahukan kepada kita meski pergumulan itu berat namun akhirnya Daud bersaksi bahwa kasih setia Tuhan telah menyelamatkannya, ia tetap teguh beriman kepada Tuhan. Kasih setia Tuhan membuatnya dapat bertahan dan akhirnya tampil sebagai pemenang.
Kasih setia Tuhan menyediakan perlindungan dan kekuatan bagi hambaNya, sehingga Daud mampu bertahan jauh melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Begitu juga dengan kita, di tengah pergolakan badai kehidupan, kita dapat mengandalkan kasih setia Tuhan. Dia tidak akan membiarkan kita tergeletak sebaliknya kita akan menyaksikan dan merasakan pertolonganNya yang meneguhkan.