Renungan Harian
Rabu, 10 Februari 2016
Yesus bangun sebelum matahari terbit, mencari tempat yang sunyi, dan berdoa. Dia mencari pemulihan kekuatan dalam hadirat Bapa-Nya. Bagaimana kita mengatasi hari yang begitu sibuk? Menyendirilah bersama Allah dan mohon pertolongan-Nya. Mulailah hari kita atur seperti cara Yesus. Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kesibukan dan padatnya jadwal kegiatan kerap menjadi alasan untuk tak berdoa sungguh-sungguh? Sebagaimana lampu memerlukan kabel sebagai sarana penghubung dengan sumber listrik agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, demikian pula manusia memerlukan doa sebagai sarana penghubung dengan Sang Sumber hidup, sehingga kita bisa hidup selaras dengan kehendak-Nya. Martin Luther mengatakan, “Doa adalah nafas orang beriman.” Alkitab mengatakan bahwa kita harus berdoa tidak putus-putusnya (Efesus 6:18), tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Tetapi, semua itu harus diatur.
Lihat contoh doa pagi dari Tuhan Yesus.
Doa pagi waktunya perlu diatur. Ada frasa “pagi-pagi benar” “Hiduplah dengan penuh hikmat, pergunakanlah waktu yang ada” (Kolose 4:5). “Karena itu kuasailah dirimu dan waspadalah, supaya kamu dapat berdoa” (1 Petrus 4:7). “TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu” (Mazmur 5:4).
Doa pagi tempatnya perlu disediakan. Ada frasa “Ia bangun dan pergi ke luar”
Doa pagi acaranya perlu disiapkan. Doa pagi memungkinkan kita berkonsentrasi tanpa terganggu oleh hiruk pikuknya sekeliling kita. Pagi hari memungkinkan kondisi fisik, emosi, pikiran kita masih segar, belum terforsir untuk hal lain, sehingga pada pagi hari kita bisa berdoa dengan tenang, menyembah, memohon, dan berserah kepada Tuhan.