Renungan Harian
Jumat, 15 Januari 2016
Sering kita dengar secara spontan penilaian yang bersifat menghakimi (menjads-judge) dari banyak orang. Sering orang saat melihat yang lain (apalagi orang yang tidak disukainya) selalu jatuh kepada pandangan menghakimi dan menyalahkan, dirinya yang benar. Menilai dan menghakimi terhadap tindakan atau perbuatan seseorang, karena ukuran yang dia pakai adalah diri sendiri (subjektif), jarang orang menilai secara benar dan adil (objektif). Ada yang mengatakan kecenderungan menghakimi itu karena di dalam diri orang itu tidak ada kebenaran (kalau pun ada hanya membenarkan diri dan itulah sikap yang salah).
Hari ini kita disapa untuk tidak menghakimi sebelum Tuhan datang. Sebelumnya kita diingatkan bukan tugas kita untuk menghakimi, tetapi memberkati. Menghakimi itu tugas hakim. Walau kita bebas untuk melakukan itu tapi itu hak Tuhan, jangan ambil hak Tuhan. Mereka yang tidak bertugas sebagai hakim, jika mereka menghakimi, mereka sudah dihakimi dan nanti mereka juga akan dihakimi oleh Hakim Agung, dan penghakimanNya adil dan tak mungkin salah. Tugas kita menegakkan kebenaran selama hidup, bukan menghakimi orang lain (walau itu salah), hanya mengatakan firman yang keluar dari hati yang kudus (BE 248:1) termasuk menegakkan kebenaran jika tahu ada kasus soal pelanggaran hak waris anak permpuan (Bilangan 27). Tidak perlu menghakimi orang lain, mari kita masing-masing menghakimi diri sendiri, buatlah keadilan atau kebenaran untuk diri sendiri.
Kalau kita analisa sebenarnya tanpa disadari, manusia itu sendiri tidak mampu menegakkan kebenaran untuk diri sendiri, apalagi untuk orang lain. Lebih banyak melihat noda pada diri orang lain, padahal cacat besar pada diri sendiri tidak disadari. Melakukan tindakan menghakimi orang lain termasuk telah merusak hati dan pikiran sendiri. Lakukanlah yang baik untuk diri sendiri dan orang lain juga karena Tuhan telah menyediakan semuanya.