Renungan Harian
Rabu, 13 Januari 2016
Perhambaan oleh karena takutnya kepada maut adalah masalah yang sangat menekan hidup manusia pada umumnya. Bahkan orang Batak menyebut perkataan mati saja didalam suatu rumah merupakan pantangan sehingga didahului oleh perkataan “santabi jabuon”. Karena kematian dalam pandangan dan pikiran Batak parbegu yang belum disiram oleh injil adalah akhir dari segalanya dan ini masih juga keras pengaruhnya meskipun sudah dibaptis menjadi Kristen. Akhir dari segalanya ini, tidak ada lagi yang diharapkan sesudah kematian. Kenapa orang sudah menjadi orang Kristen tetapi pikiran dan perasaannya masih seperti Batak kuno animis? Karena kuasa iman percaya belum dimiliki, baru hanya kristen KTP atau baru hanya dimulut belum termeterai di hati. Memang meskipun sudah menjadi Kristen yang sudah percaya kesedihan tetap masih ada tetapi karena berpisah sementara, seperti saudara atau sanak keluarga yang sedang bepergian ke negeri jauh dan pada waktu tertentu masih bisa bertemu lagi. Maka orang Kristen yang sudah percaya termeterai di hati adalah seperti kita nyatakan dalam tiap ibadah Minggu, percaya kepada Yesus yang turun kedalam kerajaan maut dan bangkit pula pada hari yang ketiga. Yesus mati dan bangkit adalah untuk kita dan ini kita imani. Dalam kebangkitan itulah kita percaya dalam pengharapan seperti dikatakan dalam BE 347, sai masipaidaan do na porsea i, dung
sahat be langkana tu hasonangan i. Malah di kebangkitan kelak kita akan berkata, hai maut dimanalah kemenanganmu? Hai maut dimanakah sengatmu seperti tertulis dalam 1 Korintus 15:55.
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?
1 Korintus 15:55
Pengharapan itulah yang menjadi ketopong keselamatan kita atau ketopong pengharapan kita (Efesus 6:17 / 1 Tesalonika 5:8) menghadapi kesedihan yang kita alami. Maka pengakuan iman dengan mulut serta dengan hati yang percaya Yesus telah membebaskan kita dari perhambaan karena takut kepada maut lni pula yang menjadi pegangan kita yang kuat pada saat kita mengahadapi kematian orang yang kita kasihi.