Renungan Harian
Senin, 4 Januari 2016

Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.
Efesus 3:7

Sungguh indah jika ada banyak orang yang mengaku bahwa mereka senang menjadi pelayan, bahkan dengan bangga memberitahukan bahwa ia adalah “hamba Tuhan” yang berarti hamba adalah pelayan. Namun demikian perlu dicermati bahwa kebanggaan sebagai pelayan atau hamba bukanlah untuk dijadikan alat kesombongan, melainkan harus menjadi pernyataan kerendahan hati. Dan di dalam pelayanan itu tidak ada hal yang disembunyikan, semuanya adalah karena kasih karunia Allah, serta melakukannyapun tidak boleh menyimpang sebab pelayanan itu harus seturut dan sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. Itulah yang diperlihatkan oleh Paulus dalam pelayanannya. Ia tidak menyombongkan diri meskipun ia terbilang sangat sukses, ia tidak mementingkan diri meskipun ada kesempatan, bahkan tetap tangguh serta bersuka-cita meskipun menghadapi penderitaan.

Renungan ini mengingatkan semua pelayan, bahkan tidak hanya pelayan di gereja atau jemaat, tetapi juga yang tugasnya melayani masyarakat secara umum maupun khusus. Apa yang dikatakan Yesus tentang pelayan: “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani!” adalah merupakan hal yang tidak boleh dilupakan oleh siapapun yang bertugas dalam pelayanan. Besar atau kecilnya pelayanan tidaklah sama, sebab tugas itu diterima menurut pemberian kasih karunia Allah, tugas kepada seorang pemimpin pasti lebih besar dari pada anggota, yang lebih kuat pasti lebih besar dibandingkan dengan orang yang lemah. Tugas pelayanan juga adalah berbeda-beda: guru, nabi, imam, dokter, prajurit, pilot, supir, bahkan petani dan lain-lain adalah sebagai pelayan di bidang masing-masing. Masing-masing tidak pernah dipandang sebagai yang terhormat atau lebih mulia, semua sama di hadapan Allah. Maka yang paling utama adalah melakukannya sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.



Beritakan Kabar Baik