Renungan Harian
Jumat, 1 Januari 2016
Sering kita dengar larangan untuk tidak bergaul atau berteman dengan orang2 tertentu dengan maksud agar tidak terpengaruh dengan kebiasaan-kebiasan buruk dari orang tersebut. Rasul Paulus pernah menasehati jemaat Korintus “pergaulan yang buruk akan merusakkan kebiasaan yang baik.” Kepada umat Tuhan juga diingatkan akan kewajiban mereka untuk tidak menjalin hubungan dengan bangsa asing misalnya bangsa Het, yang menyembah berhala atau dewa-dewa. Sebagai keluarga yang mempunyai identitas khusus, keluarga yang bersandar kepada Allah (YAHWEH} satu-satunya tidak boleh seperti keluarga yang bersandar kepada dewa-dewa/ilah-ilah.
Di hari pertama tahun yang baru 2016 ini kita pasti setuju mengatakan keluarga kita bersandar / tunduk kepada Tuhan saat ditanya kita bersandar kepada siapa! Secara teori memang benar, kita bersandar kepada Tuhan, namun pada prakteknya masih banyak keluarga yang cenderung bersandar bukan kepada Tuhan. Ada yang bersandar kepada pikiran, pekerjaan, materi kekayaan dan lain sebagainya. Sejak semula telah diingatkan kewajiban untuk mengasihi Tuhan sebagai hukum yang utama (Ulangan 6) namun pelaksanaannya tidak demikian, masih mengasihi yang ada di dunia ini dan diri sendiri. Semuanya itu bisa saja terjadi karena begitu mudahnya terpengaruh dengan kebiasaan yang kurang baik dari keluarga-keluarga yang ada disekitar kita. Atau bisa saja karena selama ini hidup bersama dengan keluarga yang tidak harmonis atau “broken home”. Kita boleh memakai pernyataan orang lain yakni “my house is my castle”, rumahku adalah istanaku.
Keluarga yang bersandar kepada Tuhan tentu akan merasakan kebahagiaan, kesejahteraan. Adakah keluarga kita masing-masing sudah bersandar kepada Tuhan ? Jika ya, nyatakanlah dalam hidup keseharian kita, seperti yag disampaikan Yosua: Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN.